• ASIC PHOTOGRAPH
  • ASIC PHOTOGRAPH
  • ASIC PHOTOGRAPH
  • ASIC PHOTOGRAPH
  • ASIC PHOTOGRAPH
  • ASIC PHOTOGRAPH
  • ASIC PHOTOGRAPH
  • ASIC PHOTOGRAPH
  • ASIC PHOTOGRAPH
  • ASIC PHOTOGRAPH
  • ASIC PHOTOGRAPH

Kamis, 15 November 2012

Penelitian, Gerbang Utama Menjadi Ilmuwan


Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) berperan sebagai salah satu wahana pengambangan bakat siswa di bidang akademik dengan segudang manfaat khususnya bagi siswa itu sendiri sebagai pelaku utamanya. Salah satu manfaat dari eksistensi KIR di sekolah bagi kondisi psikologis siswa diantaranya yaitu untuk mengembangkan naluri dan perilaku penemuan ilmiah.
Semua temuan yang diperolah orang sesungguhnya adalah hasil keingintahuan/naluri penemuannya berkat kejelian dan kesigapan otak untuk menganalisis permasalahan dalam kehidupannya. Sedangkan pada umumnya semua usaha untuk menemukan jawaban terhadap suatu permasalahan diusahakan dengan dilakukannya suatu penelitian.  

Nyusun Makalah ≠ Mumet



Menyusun Karya Tulis Ilmiah (KTI) merupakan suatu kegiatan yang oleh sebagian remaja dianggap sulit, namun bukan berarti hal tersebut tidak dapat dipelajari. Fungsi KTI sendiri adalah untuk menginformasikan secara sistemasis penelitian yang sebelumnya telah dilakukan kepada masyarakat umum. Sehingga penyusunan yang baik sangat diperlukan agar informasi yang disampaikan bisa dimengerti dengan baik.
Beberapa faktor yang dirasa menghambat remaja dalam menyusun KTI diantaranya adalah munculnya perasaan tidak memiliki keahlian dalam menulis, takut salah, tidak berani menanggung risiko, malas, sera menutup diri darri pengalaman dan gagasan baru.  Namun hal tersebut sepertinya tidak berlaku bagi Lina Nafisah (XI IPA 2) dan kawan-kawannya Luthfiana Ulfah Febrianingtyas (XI IPA 1) dan Nur Ainun Afifah Harahap (XI IPA 2). Mereka berhasil menyabet gelar makalah terbaik untuk bidang sains terapan mengalahkan pemakalah-pemakalah lainnya dalam ajang yang diselenggarakan kementrian pendidikan Indonesia, September lalu.

Lebih Asik Bareng ASIC


Al Ma’soem Science Club, atau yang lebih dikenal dengan panggilan ASIC merupakan Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) yang berada dibawah naungan Yayasan Pendidikan Al Ma’soem (YPAM). Ekstarkulikuler yang telah berdiri sejak 25 September 2009 lalu ini beranggotakan siswa dan siswa SMP & SMA Al Ma’soem.

Ekstrakulikuler yang diprakarsai oleh Bapak Rahman Hakim, seorang guru fisika, memiliki visi Menjadi Kelompok Ilmiah Remaja terdepan di Indonesia dalam prestasi dengan kekhasan pemikiran anggotanya. Terbukti dari beberapa iven perlombaan, tim ASIC atau yang lebih sering disapa ASICers berhasil menyebet gelar juara. Tidak hanya itu, imbas dari itu semua, hingga saat ini eksistensi ASIC sebagai Kelompok Ilmiah Remaja dengan latar belakang sekolah Islam telah banyak dikenal.

Bidang Studi Tidak Menjadi Batasan Meneliti


Di sekolah, penelitian sangat identik dengan sains. Kebanyakan penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam bidang ekologi, fisika, serta kimia yang selalu berkaitan dengan alam. Namun, sebenarnya ranah sosial merupakan ranah yang sangat penting untuk digeluti. Terlebih manusia adalah makhluk sosial yang segala aspek kehidupannya perlu dicaritahu dan ditelaah secaara mendalam melalui penelitian.
Siswa beropini bahwa penelitian di bidang sosial hanya bisa dilakukan oleh siswa program studi sosial  saja dan mereka beranggapan bahwa ranah sains dan teknologi hanya bisa digeluti oleh siswa bidang studi ilmu alam.

Kepoin KIR Yuk!!



Kelompok Ilmiah Remaja atau yang di Indoneis dikenal dengan istilah KIR merupakan suatu kelompok remaja yang serangkaian kegiatannya ditujukan untuk menghasilkan karya ilmiah. KIR yang kita jumpai di Indonesia merupakan kegiatan ekstrakulikuler yang terdapat di sekolah menengah. Ekstrakulikuler ini merupakan organisasi yang bersifat terbuka bagi siswa yang ingin mengembangkan kreativitas, ilmu pengetahuan, dan teknologi pada masa kini maupun masa yang akan datang.
Pada awalnya KIR dikenal di dunia dengan nama Youth Science Club (YSC) yang dibentuk pada tahun 1963 oleh UNESCO bagi remaja berusia 12-18 tahun. Namun, batasan usia tersebut pada tahun 1970 diubah menjadi 12-21 tahun. Nama KIR sendiri sebenarnya merupakan inisiatif remaja Indonesia. Pembentukannya diawalai pada tahun 1969 saat Koran Harian Berita Yudha membentuk Remaja Yudha Club (RYC). Setelah mengalami perkembangan dan difasilitasi oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), RYC berubah menjadi KIR yang hingga saat ini masih tetap aktif digunakan.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More